Liverpool dipandang sedang alami sindrom empat tahunan yang membuat perform mereka turun mencolok musim ini. Sindrom yang serupa sempat dirasakan oleh Manchester City musim kemarin.

https://catatanjurnalis.info/penuntasan-kasus-pelanggaran-ham-berat-mahfud-md-kami-serius/

Bekas pemain Manchester United, Garry Neville, mengatakan jika perform tim bimbingan Jurgen Klopp musim ini jauh di bawah apa yang mereka perlihatkan dalam 3 tahun awalnya.

Mohamed Salah cs disebutkan seperti kekurangan tenaga dan psikis. Hal tersebut, menurut Neville, tidak terlepas dari bagaimana mereka tidak lakukan banyak peralihan formasi pemain dalam 4 tahun terakhir.

“Liverpool, pada sekarang ini, tidak seperti team yang betul-betul hebat sepanjang 3 tahun. Saya memerhatikan Manchester City tahun kemarin saat mereka memperoleh perform jelek sesudah jalani 3 tahun perform yang hebat, dan saya menyaksikannya pada Liverpool tahun ini,” kata Neville.

“Anda tidak dapat tiap tahun, khususnya sepanjang 4 tahun, dengan beberapa pemain ini, beberapa pemain yang serupa. Bakal ada pengurangan pada sebuah titik – dan kami menyaksikan pengurangan yang mencemaskan karena mereka benar-benar hebat musim awalnya, dan mereka berada di sini pada sekarang ini.”

Factor kecapekan psikis dan fisik itu, menurut Neville, kelihatan terang di dalam permainan. The Kop. Bila tiga musim kemarin mereka bermain dengan saluran bola yang cepat sekali, musim ini mereka kelihatan lebih lamban. Badai cidera, menurut Neville, jadi memperburuk keadaan itu.

“Mereka lakukan semakin banyak umpan musim ini dan tidak cepat mengarhkan bola di depan. Orang akan menjelaskan hal tersebut karena kehadiran Thiago (Alcantara) tetapi tidak cuma ia, saya berpikir pada umumnya beberapa pemain bermain dengan cari aman,” kata Neville.

“Liverpool sepanjang tiga tahun akhir benar-benar memikat dan mereka bermain dengan resiko. Sekarang ini tidak ada beberapa umpan langsung. Mereka tidak ingin ambil risiko. Beberapa pemain sedikit lari.”

“Beberapa hal dapat terjadi sekalian, cidera, ini musim yang aneh, dan rasanya seperti badai yang prima untuk Liverpool.”

Dalam tiga tahun akhir Liverpool memang tampil hebat. Pada musim 2017-2018 mereka sukses meluncur ke partai final Liga Champions, sayang Mohamed Salah cs ditaklukkan Real Madrid di partai pucuk.

Satu musim berlalu mereka kembali sukses meluncur ke final Liga Champions sekalian melekat ketat Manchester City di Liga Inggris. Ini kali keberuntungan The Reds lebih bagus karena mereka sukses raih piala Liga Champions.

Musim kemarin, mereka juga sukses akhiri puasa titel juara Liga Inggris. Anak asuh Jurgen Klopp hentikan supremasi Manchester City sebagai juara bertahan dua musim berturut-turut.

Semenjak musim 2018-2019 tim Liverpool memang tidak alami banyak peralihan. Beberapa pemain baru seperti Naby Keita, Sepp van den Berg dan Xherdan Shaqiri tidak berhasil memberi kompetisi yang ketat untuk beberapa pemain unggulan Klopp.

Musim ini, sececah keinginan sebetulnya sempat kelihatan pada diri Diogo Jota. Dihadirkan dari Wolverhamtpon Wanderers, Jota sukses mengumpulkan sembilan gol dari 15 pertandingan di semua persaingan.

Sial untuk Klopp, pemain sepak bola asal Portugal itu alami cidera di saat performnya sedang bagus. Permasalahan makin sulit sesudah Virgil van Dijk, Joe Gomez sampai Joel Matip harus masuk ruangan perawatan.

Akhirnya kesempatan Liverpool untuk menjaga titel juara Liga Inggris musim ini cukup tipis. Sekarang ini saja mereka sudah ketinggal 10 angka dari puncak klassemen Liga Inggris, Manchester City.